Langsung ke konten utama

SM-3T SEBAGAI TONGGAK KEBANGKITAN PENDIDIKAN NASIONAL



Gambar : http://berita.upi.edu/

Pendidikan merupakan salah satu indikator kemajuan suatu negara. Semakin tinggi tingkat pendidikan penduduk di suatu negara, semakin tinggi pula kualitas penduduk di negara tersebut. Hal ini akan berdampak pula pada kemajuan ilmu dan teknologi di negara tersebut.
Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia. Data menyebutkan bahwa Indonesia terdiri dari 17.508 pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Salah satu permasalahan yang muncul dari bentuk negara Indonesia yang berupa negara kepulauan adalah kualitas pendidikan yang belum merata antara satu pulau dengan pulau lainnya. Terlebih lagi di wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T) yang belum mendapatkan akses pendidikan yang layak. Selain sarana dan prasarana pendidikan yang masih minim, terbatasnya jumlah guru di daerah 3T juga merupakan Pekerjaan Rumah besar yang harus segera diselesaikan.
Salah satu program pemerintah yang telah memberikan kontribusi nyata terhadap pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan di daerah 3T adalah program Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal atau lebih dikenal dengan SM-3T.
Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM-3T) adalah program pengabdian Sarjana Pendidikan untuk berpartisipasi dalam percepatan  pembangunan pendidikan di daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (3T) selama satu tahun sebagai penyiapan pendidik profesional yang akan  dilanjutkan dengan program Pendidikan Profesi Guru (PPG). Selain mempersiapkan calon pendidik profesional sebelum mengikuti PPG, program ini juga bertujuan untuk membantu daerah 3T dalam mengatasi permasalahanpendidikan terutama kekurangan tenaga pendidik. (http://majubersama.dikti.go.id)
Program yang dicanangkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ini pertama kali diluncurkan pada tahun 2011. Pada angkatan pertama, program ini diikuti oleh 2.479 peserta. Angkatan kedua diikuti oleh 2.726 peserta (http://kopertis12.or.id). Jumlah tersebut senantiasa meningkat setiap tahunnya. Setelah lima tahun berjalan, lebih dari 13.000 sarjana telah bergabung dalam program SM-3T, mengabdi di pelosok negeri.
Awalnya daerah sasaran program SM-3T hanya difokuskan di empat provinsi, yakni Aceh, Nusa Tenggara Timur, Papua Barat, dan Papua. Namun, seiring dengan meningkatnya kebutuhan guru di daerah lain di Indonesia maka daerah sasarannya diperluas, yakni Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Maluku, dan Maluku Utara.
Hingga saat ini setidaknya ada 17 LPTK yang ditunjuk untuk menyelenggarakan program SM-3T, yakni Universitas Syiah Kuala, Universitas Negeri Medan, Universitas Negeri Padang, Universitas Riau, Universitas Negeri Jakarta, Universitas Pendidikan Indonesia, Universitas Negeri Semarang, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Negeri Surabaya, Universitas Negeri Malang, Universitas Pendidikan Ganesha, Universitas Nusa Cendana, Universitas Tanjungpura, Universitas Mulawarman, Universitas Negeri Manado, Universitas Negeri Gorontalo, dan Universitas Negeri Makassar.
Untuk mengikuti program SM-3T, para peserta harus melalui beberapa tahapan seleksi yang diadakan di 17 LPTK penyelenggara. Adapun seleksi yang harus dilalui adalah seleksi administrasi, tes kemampuan akademik, hingga wawancara. Sebelum berangkat menuju daerah sasaran, para peserta diwajibkan mengikuti serangkaian kegiatan prakondisi yang dilaksanakan oleh LPTK penyelenggara selama kurang lebih 12 hari untuk membekali kesiapan akademik, mental, fisik, dan ketahanmalangan. Barulah setelah itu, para peserta kemudian diberangkatkan menuju daerah sasarannya masing-masing untuk mengabdi sebagai guru selama satu tahun di daerah 3T.
Selama di daerah 3T, guru-guru SM-3T harus mampu beradaptasi dengan kondisi fisik, sosial, dan budaya masyarakat yang tentunya sangat berbeda dengan di daerah asalnya. Beberapa di antaranya ditempatkan di daerah rawan konflik dan akses menuju lokasi pengabdian yang sulit dijangkau seperti menyusuri sungai atau lautan lepas selama puluhan jam. Bahkan, tak sedikit dari mereka yang gugur saat melaksanakan tugas pengabdian. Belum lagi keterbatasan/ketiadaan listrik dan sinyal telekomunikasi menjadi tantangan tersendiri bagi mereka yang sebelumnya terbiasa dengan berbagai fasilitas yang ada. Namun, hal itu tak lantas membuat mereka menyerah dengan keadaan. Semangat mencerdaskan kehidupan bangsa menjadi motivasi tersendiri untuk terus memberikan yang terbaik demi memajukan pendidikan di daerah 3T dandemi melunasi janji kemerdekaan Indonesia seperti yang diamanatkan dalam konstitusi, yakni “mencerdaskan kehidupan bangsa”.
Program yang pernah beralih di bawah naungan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) tersebut telah berkontribusi besar dalam memajukan pendidikan di daerah 3T.Sekolah yang dulunya hanya ada satu atau dua guru saja, kini bertambah dengan kehadiran guru SM-3T yang rela datang jauh-jauh dengan membawa idealisme dan misi pendidikannya masing-masing. Senyum dan tawa pun mulai muncul dari wajah para siswa, masyarakat, dan pemerintah daerah setempat yang sebelumnya pesimis dengan masa depan pendidikan di daerah 3T.
Selain mengajar, guru-guru SM-3T juga mendidik para siswanya untuk menerapkan pola hidup sehat. Beberapa kegiatan yang sering dilaksanakan adalah menggosok gigi, mandi sebelum berangkat sekolah, dan memotong kuku setiap seminggu sekali.
Salah satu tantangan terbesar yang dijumpai di daerah 3T adalah rendahnya tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan. Guru-guru SM-3T pun harus bekerja lebih keras dan memberikan motivasi kepada para siswa agar mau bersekolah. Beberapa di antaranya bahkan harus menjemput ke rumahnya dan memberikan pengertian kepada orang tua bahwa sekolah itu sangat penting.
Di luar kegiatan sekolah, guru-guru SM-3T juga turut aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan. Mereka menjadi motor penggerak bagi kemajuan pembangunan di daerah 3T. Berbagai kegiatan pun mereka lakukan, mulai dari membantu perangkat desa menyelesaikan administrasi desa, mengaktifkan Karang Taruna dan Posyandu, serta membiasakan pola hidup sehat. Bahkan, ada guru SM-3T yang pernah membantu seorang ibu melahirkan hanya karena tidak ada bidan dan tenaga kesehatan di daerah tersebut.
Menurut Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Timur yang merupakan salah satu daerah sasaran program SM-3T, setelah lima tahun berjalan, banyak sekolah-sekolah di daerah 3T yang berhasil mengukir prestasi baik dalam bidang akademik (OSN) maupun non akademik (O2SN dan FLS2N) tingkat Kabupaten mengalahkan dominasi sekolah-sekolah di daerah perkotaan. Bahkan, beberapa di antaranya mampu melaju hingga ke tingkat Provinsi dan Nasional. Sungguh suatu pencapaian yang sangat luar biasa.
Usai melaksanakan pengabdian selama satu tahun, para peserta SM-3T kemudian mengikuti program Pendidikan Profesi Guru (PPG) Pra Jabatan selama dua semester di LPTK penyelenggara program SM-3T. Sebagaimana diketahui, PPG merupakan salah satu dari tiga pola sertifikasi guru selain Portofolio dan PLPG. Adapun tujuan dari program PPG seperti yang tercantum dalam Pasal 2 Permendiknas No. 8 Tahun 2009 adalah untuk menghasilkan calon guru yang memiliki kompetensi dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai pembelajaran; menindaklanjuti hasil penilaian, melakukan pembimbingan dan pelatihan peserta didik; mampu melakukan penelitian, dan mengembangkan profesionalitas secara berkelanjutan. Diharapkan setelah mengikuti program PPG, para peserta SM-3T dapat menjadi guru profesional (bergelar “Gr”) yang memiliki dedikasi tinggi untuk memajukan kualitas pendidikan Indonesia dan mewujudkan generasi emas Indonesia di masa mendatang.
Salam Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

20 KOTA BESAR DI INDONESIA

Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia. Dengan populasi penduduk sebanyak 249,9 juta jiwa pada tahun 2013, menjadikan Indonesia menempati urutan keempat dalam jajaran negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia di bawah China, India, dan Amerika Serikat.         Tak hanya itu, Indonesia juga memiliki beberapa kota besar dengan jumlah penduduk yang cukup banyak. Berikut adalah 20 kota besar di Indonesia berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2013: 1.      Jakarta, DKI Jakarta (9.567.127 jiwa);  Siapa yang tidak mengenal Kota Jakarta, ibu kota negara Indonesia yang merupakan pusat pemerintahan, industri, perdagangan, dan jasa. Kota ini disebut sebagai kota metropolitan. Dengan luas wilayah yang hampir sama dengan negara Singapura, kota ini dihuni oleh 9.567.127 jiwa. Foto : http://www.ourglobaltrek.com 2.     Surabaya, Jawa Timur (2.765.908 jiwa); ...

CERPEN : "PERJUANGAN SANG GURU"

Namanya Rizki. Ia adalah Sarjana Pendidikan (fresh graduate) dari salah satu universitas terkemuka di Indonesia. Ia merupakan lulusan terbaik di kampusnya dengan predikat cum laude dan IPK yang sangat tinggi. Bahkan, ia mampu menyelesaikan kuliahnya hanya dalam waktu 3,5 tahun saja. Sungguh suatu pencapaian yang sangat luar biasa jika dibandingkan dengan mahasiswa lain pada umumnya. Usai melaksanakan wisuda, ia kembali pulang ke kampung halamannya. Ia memutuskan untuk tinggal di rumahnya bersama kedua orang tuanya. Ia merupakan anak semata wayang dan berasal dari keluarga yang berkecukupan. Satu minggu setelah wisuda, ia kemudian memasukkan lamaran pekerjaan ke sekolah-sekolah yang ada di kotanya. Akan tetapi, ia hanya melamar ke sekolah-sekolah yang masuk dalam kategori favorit saja baik sekolah negeri maupun swasta. Bukan tanpa alasan, hal ini dilakukan karena ia sangat ingin menjadi guru di sekolah favorit, bukan sekolah biasa apalagi sekolah yang berada di pelosok. Ia ...